BPAYSU - mediaislamimedan.my.id | senin, 13 januari 2022 | BPAYSU Mengucapkan Selamat Hari Drama Samudra 2022 | 15 januari 2022
BPAYSU Mengucapkan Selamat Hari Drama Samudra 2022
BPAYSU - mediaislamimedan.my.id | senin, 13 januari 2022 | BPAYSU Mengucapkan Selamat Hari Drama Samudra 2022 | 15 januari 2022
Orang banyak mengenang 15 Januari sebagai Peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Padahal 15 Januari merupakan Hari Dharma Samudera yang diperingati setiap tahun untuk memperingati pertempuran Laut Aru, gugurnya Sang Patriot Bangsa, Komodor Yos Sudarso.
Pada peristiwa tersebut salah satu kapal perang Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yaitu Rl Matjan Tutul tenggelam dan mengakibatkan gugurnya Deputi I KSAL Komodor Yos Sudarso beserta sekitar 25 anak buah kapal (ABK) Rl Matjan Tutul. Peristiwa ini selanjutnya dikenang sebagai Pertempuran Laut Aru.
Peristiwa Pertempuran Laut Aru yang terjadi 55 tahun silam merupakan dampak dari konfrontasi Indonesia – Belanda akibat sengketa Irian Barat. Pertempuran ini merupakan jawaban dari Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) yang didengungkan oleh Bung Karno di Yogyakarta 19 Desember 1961.
Isi Trikora yaitu (1) Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua buatan Belanda Kolonial, (2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia; dan (3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
Guna mendukung operasi tersebut, Pemerintah Indonesia pada 2 Januari 1962 membentuk komando operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang bermarkas di Makassar. Mayjen TNI Soeharto yang ditunjuk komandan operasi yang memiliki tugas untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer yang berupaya mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Tahapan operasi yang dilakukan oleh Komando Mandala antara lain infiltrasi, eksploitasi, dan konsilidasi kekuatan. Dalam tahap infiltrasi, ALRI menawarkan armadanya untuk mendaftar pasukan yang terdiri dari RPKAD dan Sukarelawan di titik yang telah ditentukan.
Sebelumnya untuk melengkapi dan memodernisasi kekuatan militernya, Indonesia memborong sejumlah besar peralatan tempur dari berbagai negara, antara lain Uni Soviet, Republik Fedarasi Jerman (Jerman Barat), Italia dan Yugoslavia.
Salah satu jenis peralatan militer yang didatangkan untuk memperkuat Jajaran Armada ALRI adalah kapal jenis MTB (Motor Torpedo Boat) Klas Jaguar dari Jerman Barat. Kapal perang jenis ini memiliki kemampuan untuk menembakkan torpedo anti kapal permukaan.
4 kapal perang jenis MTB yang misi tersebut, yaitu Rl Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, Rl Harimau dan Rl Singa bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok pada 9 Januari 1962. mendapat singgah di Surabaya dan Makassar, banyak yang tidak tahu apa misi di keempatnya MTB ini, karena kerahasiaan tingkat tinggi yang diinstruksikan oleh pimpinan operasi saat itu.
Uniknya, karena dipersiapkan untuk menarik pasukan, maka dasar utama kapal perang MTB ini yaitu torpedo, justru dikorbankan agar kapal memiliki ruang yang lebih besar. Hal ini berakibat fatal ketika mereka harus berhadapan dengan kapal perang musuh.
Dari keempat MTB tersebut, ternyata 3 yang mampu bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, karena RI Singa mengalami kerusakan mesin sehingga hanya memaksanya untuk kembali. Ketiga kapal lainnya berhasil melaksanakan misi pasukan di daerah Kaimana, Irian Barat. Setelah itu, ketiganya mengumpulkan untuk kembali Makassar guna melaporkan keberhasilan operasi.
Namun demikian, di tengah perjalanan ketiga kapal itu telah dipergoki oleh pesawat intai maritim AL Belanda jenis Neptune dan Firefly. Sehingga keberadaanya telah mengundang Armada Laut Belanda untuk menghadang.
Tepatnya di posisi 4,49 derajat selatan dan 135,2 derajat timur, ketiga MTB ALRI tersebut dihadang 3 kapal perang AL Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr.Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen dan Korvet Hr.Ms. Kortenaer.
Akibatnya, terjadilah kontak senjata di tengah Laut Aru. menyadari bahwa kekuatan tidak seimbang, ketiga MTB ALRI menghindari, namun ketiga musuhnya tidak membiarkan mereka lolos begitu saja. Guna melindungi dua kapal lainnya, Rl Matjan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus langsung menuju Hr.Ms Evertsen.
Tanpa berfikir panjang, kapal perang kebanggan Belanda itu langsung menembakan 3 terpedonya ke badan RI Matjan Tutul. Sebelum tenggelam, Komodor Yos Sudarso sempat mengirim pesan Kobarkan Semangat pertempuran ke markas. Sementara itu, doa MTB ALRI lainnya berhasil meloloskan diri dan tiba di pangkalannya dengan selamat.
Alhasil, peristiwa itu kian menambah semangat perjuangan Indonesia untuk maupun Irian Barat baik secara militer maupun diplomasi. Beberapa operasi militer berikutnya dilancarkan oleh ABRI yang langsung menggelar perang terbuka di daratan Irian Barat.
Pasca kejadian itu pula, Bung Karno, Sang Pemimpin Besar Revolusi menetapkan hari tenggelamnya RI Matjan Tutul sebagai Hari Dharma Samudera yang memaknakan keberanian Indonesia dalam menerjang samudera menghadapi musuh-musuhnya. Tentu, penetapan hari itu menambah semangat bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari sejak era Sriwijaya dan Majapahit.
Setiap tanggal ini, Pemerintah dan TNI AL selalu melakukan tabor bunga di laut untuk menghormati jasa-jasa para awak RI Matjan Tutul, yang hingga kini jasadnya tidak pernah ditemukan.